Rabu, 25 Januari 2012

Terimakasih untuk masa kanak-kanak yang indah

Hari ini Bandar Lampung cerah berawan. Sudah sering ku bilang, kalau cuaca juga bisa galau. Pagi cerah langit biru, lalu sorenya hujan angin menyapu seluruh jalan. Tetapi tidak masalah untukku yang sedang menikamati masa hibernasi. Berdiam diri didalam rumah tentu jauh menyenangkan.

Omong-omong tentang hujan, aku punya banyak cerita dengan dan tentang hujan. Pada dasarnya aku suka bau tanah sehabis hujan. Itu seolah mengingatkanku tentang seseorang yang menempati tempat khusus dihatiku. Hari ini, ku tulis surat khusus untuknya.

***

Teruntuk seseorang yang selalu mengisi hari kanak-kanakku.

Nenek, apa kabar? Sudah 10 tahun kita tak berjumpa. Nenek, apa kau merindukan aku seperti aku merindukanmu?
Nenek,  setiap hujan aku selalu teringat tentang dongeng-dongeng masa kecilku yang selalu kau bacakan sebelum tidur. Nenek, 10 tahun terakhir ini, apa kau merasa bahagia disana?

Aku ingat bagaimana pertemuan terakhir kita berakhir menyedihkan. Nenek, saat itu aku tidak mengangis, bukan karena aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Saat itu aku mengingat semua yang pernah kau katakan padaku dulu "Jangan menangis hanya karena kau kehilangan seseorang. Masih banyak orang yang tidak mau kehilangan dirimu". Nenek, kau benar-benar orang tua yang hebat.

Saat kaki dan tangan kananmu tak mampu digerakkan karena stroke, kau masih mampu memasak sarapan pagi untukku. Walau kamu tahu, aku lebih sering tidak memakannya karena terburu-buru, tapi kau masih bandel dan bersikeras untuk terus memasak.
Aku masih ingat saat pertama kali aku mencuci piring. Waktu itu aku memecahkan gelas, dan kau bilang "tidak apa-apa, tidak ada yang sempurna pada kesempatan pertama".

Nenek, saat kau pergi menghadap sang kuasa, aku memang tidak mengangis bahkan sampai jasadmu tertimbun tanah, tetapi kau harus tahu kalau selama berbulan-bulan aku berusaha menahan tangisku agar tidak pecah.
Apalagi, saat pulang sekolah, tak ada satu orangpun dirumah dan aku terpaksa menunggu diteras sampai ibu pulang. Saat itu rasanya aku ingin mengangis sekencang-kencangnya. Biasanya, saat pulang sekolah aku melihatmu duduk diteras sambil tertawa menyapa orang-orang yang lewat, tetapi setelah kau pergi aku yang duduk dikursi teras itu menunggu ibu pulang. Kau tahu, saat itu aku baru merasa sangat kehilangan dirimu.

Nenek, tahukah kamu, bertahun-tahun setelah itu perlahan aku mulai melupakanmu, ah aku merasa seperti cucu yang durhaka. Aku bahkan seolah tak ingin mengingatmu. Tapi nek, 10 tahun berlalu, walau aku kadang melupakanmu, bukan itu maksudku. Walau tak pernah terlihat sebenarnya aku selalu merindukanmu. Aku menyayangimu. Benar-benar menyayangimu.

Nenek, aku selalu berdoa kau mendapat tempat yang layak disisinya. Nenek, sekarang aku bukan gadis kecil yang suka merengek meminta uang jajan tambahan darimu. Aku sudah 18 tahun sekarang. Nenek seperti harapanmu dulu, dan sesuai dengan arti namaku yang kau berikan padaku, aku akan berusaha menjadi orang yang bermanfaat. Setidaknya aku tidak lagi merepotkan banyak orang. Nenek, terimakasih telah menjadi sosok penting dalam hari kanak-kanakku.

#30harimenulissuratcinta
Hari ke-13
-aymagochi-

0 comments:

Posting Komentar