Rabu, 25 Januari 2012

Sebuah surat dari langit senja itu

Diufuk barat mentari perlahan pergi. Teriring senja, merah mentari masih tersisa. Langit merekah bagai tak mau kehilangan mahkota.

Sungguh indah pemandangan senja itu. Senyumku bahkan tak mau pergi. Bukan hanya karna mentari, tetapi juga karna ada kamu di depanku.

Kamu yg sejak hari itu memenuhi pikiranku. Melihatmu tersenyum dan tertawa lepas membuat aku tak bisa berkata apa-apa. Speechless, kalau kata orang barat bilang.

Aku bahkan tak mampu menatap matamu saat kamu berbicara padaku, kamu tahu kenapa? Karna aku takut kamu bisa membaca pikiranku. Bukankah, mata tak bisa berbohong? Aku tidak tau pasti apa yg terjadi denganku. Aku bahkan tak ingin memastikannya. Aku bahkan terlalu takut untuk sekedar mengakuinya.

Terekam jelas saat pertama kali aku melihatmu. Kamu tahu, saat itu aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi padaku.Melihatmu, membuat waktu seolah berhenti, melihatmu aku seperti melihat seseorang yang sudah lama aku cari.

Dari sudut strategis itu aku pertama kali melihatmu. Aku lupa tanggal berapa. Seingatku hari itu, hari terpenting dalam sejarah kehidupanku. Tidak perlu aku perjelas. Karna aku tidak ingin membuatnya menjadi jelas.

Aku melihatmu sekilas. Saat itu aku sedang terdiam. Memikirkan 'apakah ini memang tempat terbaik untukku?'
aku tidak begitu memperhatikan sosok di dekatku. Aku bahkan hanya tersenyum simpul sambil menyebutkan namaku kepada semua orang yg baru kukenal saat itu.
Dari sudut mataku aku melihatmu. Kamu tidak terlalu tampan, kamu biasa-biasa saja. Andhika Pratama bahkan jauh lebih tampan menurut kacamataku saat itu. Tapi, entah mengapa kehadiranmu saat itu benar-benar mengalihkan perhatianku. Sesekali aku mencuri pandang, mencuri dengar apa yang sedang kau bicarakan. kau tahu, aku bahkan tak pernah seperti itu sebelumnya. ah, kau benar-benar membuatku berbeda. Ada secercah harapan kecil saat itu, berharap kau mengulurkan tanganmu kepadaku dan menyebutkan siapa namamu. tapi kau tidak melakukan itu. Kamu tahu, aku sedikit kecewa. Setidaknya semua orang disini berebut memperkenalkan diri, seolah akulah presiden amerika yang baru mendarat di Indonesia. Kamu berbeda, Dan kamu benar-benar membuatku berbeda.

Kamu tahu, hari itu aku mencari tahu siapa namamu, aku tidak bertanya kepada siapapun tentang identitasmu. Aku tahu namamu dari daftar nama yang harus aku tandatangani. Kamu tahu, aku tersenyum kecil saat tahu siapa namamu. Ah, bahagia itu sungguh sederhana.


Sejak saat itu, bayang-bayangmu terus berputar mewarnai hari-hariku. Kamu tahu, setiap aku melihat bayanganmu secara spontan aku langsung menoleh, seakan sensor motorikku peka dengan kehadiranmu.

Dan malam ini, saat memori otakku berputar kemasa-masa itu, aku merasa ada sesuatu yang salah denganku. Banyak kata-kata berputar diseluruh kepalaku, tapi tak ada satu katapun yg mampu terucap.Semuanya, masih tentang kamu. Kamu yg tersenyum di senja yg indah itu. Ah, kenapa masih wajahmu yg memenuhi kepalaku, bukan wajah Lee min hoo atau Taylor Lautner saja? Jelas-jelas mereka lebih tampan dari kamu.Tetapi, kenapa harus kamu?

Semakin aku bertanya semakin aku tak mampu berkata-kata.
Kata afgan, wajahmu mengalihkan duniaku.
Ahhhh apa-apaan ini. Wajahmu bahkan menghiasi mimpiku. Aku benar-benar hampir gila.

Saat berpapasan kita bahkan tak saling menyapa.
Walaupun aku ingin sekali tersenyum untuk sekedar bilang 'selamat pagi', tapi semakin aku ingin menyapa, semakin mulut ini terkunci. Ah semua ini benar benar membuatku hampir gila. Dan kamu penyebab utamanya. 

Untukmu, seseorang yang selalu aku ingat dikala senja dan kala malam menjelang, aku terlalu malu untuk berterus terang padamu, aku juga sudah bilang kalau aku juga terlalu malu untuk menyapamu, aku tulis surat ini untukmu, walau aku tahu kamu tak akan pernah membacanya, tetapi setidaknya aku pernah menulis surat untukmu. Surat yang mungkin tak akan pernah tersampaikan. Demi senja yang indah ini, aku mengagumimu
 tanpa ada alasan tertentu.

gambar dari sini


#30harimenulissuratcinta
-Aymagochi-

0 comments:

Posting Komentar